Saya pernah menikmati layanan taksi yang  memuaskan, dan menjadi referensi saya jika melakukan perjalanan di  sebuah kota besar. Mengapa saya suka pada taksi tersebut, karena para  supirnya berkarakter baik, ramah, tidak pilih kasih, jujur, sopan.  Setelah saya tanyakan pada beberapa supi, mereka memjawab bahwa pihak  mnajemennya selalu mengontrol kualits pelayanan para supir dengn cara  para pengguna jasanya dapat menyampaikan keluhannya apabila ada supir  yang kurang baik, dan pihak perusahaan akan segera menindaknya. Artinya  “bawahan” akan berkarakter karena “atasannya” juga berkarakte, hal itu  adanya pendidikan yang berkarakter.
Kemudian saya mengalihkan pada pendidikan  yang berkarakter di sebuah institusi pendidikan, jika berasumsi pada  cerita supir taksi saya, maka akan ada rentetan sebagai berikut. Peserta  didik akan berkarakter apabila tenaga pendidiknya berkarakter  (menanamkan karakter baik dengan memberi contoh pada peserta didik).  Tenaga pendidik akan berkarakter apabila “atasannya” berkarakter  (menanamkan karakter yang baik pada tenaga pendidik, atau memberi contoh  berkarakter baik). Dan begitu seterusnya, tentunya penanaman karakter  tersebut tidak bisa dengan instan.
Masih di berterduh dipohon yang rindang, saya sempat mendengar ocehan para remaja, “Buat  apa kita jujur di sekolah, buat apa kita belajar keras, buat apa kita  bernilai tinggi, lihat saja yang sudah lulus lama, juga kelakuannya  kurang baik, harus mereka yang sudah lulus memberikan contoh yang baik  pada generasi berikut“. Jika saya cermati para remaja tersebut  mengabaikan pendidikan karakter yang ditanamkan tenaga pendidik di  satuan pendidikannya. Bisa jadi pihak satuan pendidikan sudah  mati-matian menanamkan pendidikan berkarakter, tapi keluar keluar dari  area satuan pendidikan membaca, melihat berita banyak orang “sukses”  dengan tidak berpendidikan karakter baik.
Pemahamahan saya bahwa pendidikan  karakter harus dilakukan menyeluruh oleh semua warga negara Indonesia  mulai dari pada pejabatnya sampai rakyatnya, sehingga pendidikan  karakter akan tertanam dengan subur dan memiliki akar karakter yang  kuat, bukan hanya formalitas selama di lingkungan pendidikan. Artinya  program pendidikan harus didukung oleh semua pejabat, pemangku  kebijakan, tokoh masyarakat, agar para peserta didik dapat mudah  menanamkan pendidikan  karakternya karena banyak contoh.
Bisa jadi bagi peserta didik yang ingin  menjadi supir taksi yang saya sebutkan di atas tentunya aka bertanya,  belajar dan meniru gaya pelayanan supir taksi tersebut agar memeiliki  karakter yang diinginkan oleh manajemen perusahaan taksi tersebut.
Ah tidak terasa ada yang jualan makanan  nih, maaf saya membeli makanan dulu, apabila ada yang rela berbagi  mengenai pendidikan yang berkarakter atau pendidikan karakter saya  menunggunya, terima kasih.
 RSS Feed
 RSS Feed Twitter
 Twitter
 








 
 
0 komentar:
Posting Komentar